Membangun Generasi Strawberry yang Tangguh. Generasi saat ini dikenal sebagai generasi digital, di mana hampir semua aspek kehidupan mereka dipengaruhi oleh teknologi digital. Mereka bisa dengan mudah mengakses informasi, beradaptasi cepat, dan sangat kreatif. Namun, beberapa literatur menyatakan bahwa generasi digital ini seringkali terjebak dalam kenyamanan yang serba instan. Akibatnya, mereka mudah menyerah, cepat putus asa, kurang memiliki daya saing, sangat sensitif, dan sering menginginkan hasil instan sehingga daya juang mereka rendah. Hal ini disebabkan oleh dunia digital yang memberikan berbagai kemudahan dalam hidup. Generasi ini sering disebut sebagai Generasi Strawberry.
Istilah Generasi Strawberry pertama kali muncul di Taiwan dan diperkenalkan oleh sosiolog Australia, Paul Hirst, dalam bukunya “The Graying Of The Greens: Demographic Change And Political Realignment In Australia” (1978). Hirst membagi generasi di Australia menjadi tiga: Baby Boomer, Generasi X, dan Generasi Strawberry.
Generasi yang bergantung pada digital ini cenderung memiliki kondisi mental dan daya juang yang rapuh, kurang tangguh, sulit menghadapi kesulitan, sering mengeluh, tidak tahan kritik, serta mudah stres dan tidak mampu menghadapi tekanan sosial. Akibatnya, Generasi Strawberry seringkali menjadi manja, sombong, egois, dan terjebak dalam zona nyaman. Meskipun adaptif, mereka cenderung mengikuti tren viral di dunia maya tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya dengan norma budaya dan agama. Mengikuti tren dunia maya dianggap keren, modis, dan tidak ketinggalan zaman. Bagi mereka, orang yang tidak mengikuti tren dianggap ketinggalan zaman.
Perilaku generasi ini berpotensi melahirkan generasi yang hedonistik, yang mengesampingkan nilai-nilai sopan santun, budaya, tanggung jawab, etika, empati, dan religiusitas. Hal ini merupakan akibat dari pengaruh dunia maya yang menyajikan informasi tanpa batas, bebas, dan mengajak untuk hidup tanpa aturan maupun norma.
Oleh karena itu, pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan Generasi Strawberry agar menjadi generasi yang tangguh, unggul, dan religius. Selain itu, peran orang tua juga sangat penting dalam mendidik anak-anak mereka agar siap menghadapi kehidupan yang lebih luas dan penuh tantangan di masa depan.
Peran Penting Sekolah
Sekolah, dengan guru sebagai pemain utama dalam proses pendidikan, berperan penting dalam membentuk karakter dan mengembangkan potensi siswa. Lembaga pendidikan memiliki peran besar untuk mengubah Generasi Strawberry menjadi generasi yang unggul, tangguh, dan religius. Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar mata pelajaran dan mendapatkan informasi. Sekolah adalah tempat di mana siswa dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal sehingga bisa menjadi pemimpin di masa depan. Jika sekolah hanya berfungsi seperti itu, Generasi Strawberry sudah memiliki pengetahuan yang lebih luas dari dunia digital, lebih kreatif, dan lebih pandai berkomunikasi.
Baca juga: 10 Cara Seru dan Bermanfaat Mengisi Liburan Anak
Bagaimana sekolah bisa lebih fokus pada pengembangan potensi untuk menciptakan generasi yang unggul, tangguh, dan religius? Untuk mengubah Generasi Strawberry menjadi generasi yang tangguh, unggul, dan religius, dibutuhkan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik generasi saat ini. Sekolah bukan hanya tempat untuk mendapatkan informasi, tetapi juga tempat untuk menyiapkan generasi masa depan yang tangguh, unggul, dan religius. Sekolah harus menjadi tempat untuk mengembangkan karakter, jiwa kepemimpinan, pembentukan spiritual, dan keimanan.
Peran guru dalam pendidikan sangat penting. Guru dan seluruh warga sekolah harus bisa menjadi teladan bagi siswa, sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Saat ini, siswa adalah generasi yang lahir di era digital, sementara banyak guru masih berada di era sebelum digital. Perbedaan ini harus menjadi dorongan bagi guru untuk menyesuaikan diri dengan gaya belajar siswa yang lahir di era digital. Sekolah harus menciptakan lingkungan dan budaya yang menantang siswa. Hal ini penting karena untuk membuat anak-anak tangguh, mereka harus dibiasakan menghadapi tantangan sejak kecil. Jangan terlalu cepat membantu anak-anak mengatasi kesulitan; beri mereka kesempatan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah mereka sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, pendamping, dan pembimbing.
Yang tidak kalah penting adalah mengembangkan keterampilan hidup (life skills) siswa. Keterampilan hidup ini meliputi kemampuan mengelola rasa frustrasi, pengendalian diri, memahami potensi dan kelemahan diri, berpikir kreatif, berempati, serta melihat dari perspektif yang berbeda.

Membangun Generasi Strawberry yang Tangguh
Yang paling utama adalah menumbuhkan jiwa religius melalui kebiasaan beribadah. Selain itu, yang penting bukan seberapa banyak materi pelajaran yang dipelajari siswa, tetapi seberapa baik mereka memahami topik secara mendalam. Lebih baik mempelajari sedikit tetapi memahaminya dengan baik daripada mempelajari banyak tetapi tidak benar-benar memahaminya.
Renald Kasali (2017) menyatakan bahwa menumbuhkan personal story pada diri peserta didik adalah hal penting dengan cara memberi kepercayaan dan tanggung jawab. Personal story merupakan dasar seorang pemimpin. Ia akan merasa hidupnya berarti dan sadar bahwa selain sekolah formal ada pelajaran empati, kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang harus dipelajari. Sekolah memang merupakan tempat untuk belajar. Tapi bukan berarti anak-anak hanya perlu belajar dari guru-guru di sekolahnya saja. Sekolah juga perlu mendorong anak didiknya untuk terjun ke dunia luar. Ingatlah bahwa banyak ilmu yang bisa diperoleh di luar ruang kelas.
Manusia hebat bukanlah mereka yang mendapatkan nilai tertinggi di sekolah, tetapi mereka yang memiliki karakter kuat, dapat dipercaya, mudah diterima, berpikiran terbuka, berjiwa besar, dan mampu mengungkapkan pikirannya dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak guru kreatif. Guru-guru ini harus toleran terhadap perbedaan dan cara berpikir siswa. Alih-alih hanya mengisi ingatan siswa dengan berbagai rumus sulit, mereka sebaiknya mendorong siswa untuk berani mengeluarkan ide orisinal mereka sendiri.
Peran Utama Orang Tua
Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Dari orang tualah anak-anak mendapatkan teladan, kebiasaan, dan budaya. Saat ini, banyak orang tua memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Dengan kondisi ekonomi yang mencukupi, banyak orang tua melupakan pentingnya menghadapi kesulitan dan tantangan yang dapat membantu perkembangan jiwa anak.
Sekarang ini, banyak orang tua yang memberikan kemudahan berlebih kepada anak-anak mereka, menyediakan fasilitas yang lebih dari cukup, bahkan ikut menyelesaikan masalah yang dihadapi anak-anak. Ini bukan masalah, asalkan orang tua memberikan yang tepat untuk perkembangan potensi anak.
Baca juga: Islamic Supercamp dan Kecerdasan Emosional
Namun yang terjadi, banyak orang tua justru mendukung berkembangnya sikap sombong, egois, instan, dan rendah daya juang pada anak. Banyak orang tua mengambil alih kesulitan yang dihadapi anak, memanjakan anak, memberikan kebebasan dalam menggunakan teknologi digital tanpa pengawasan, serta tidak membiasakan anak menghadapi kesulitan dan tantangan kehidupan nyata. Orang tua lupa bahwa untuk menjadikan anak tangguh dalam menghadapi persaingan, mereka harus terbiasa dengan kesulitan, kondisi terbatas, dan fasilitas yang tidak berlebihan.
Agar anak tumbuh menjadi tangguh, unggul, dan religius, orang tua harus memberikan perhatian dan bekerja sama dengan sekolah. Orang tua perlu melaksanakan program pengembangan karakter yang dilakukan oleh sekolah sehingga ada keselarasan antara pembentukan karakter di sekolah dan di rumah. Orang tua juga perlu mengarahkan penggunaan teknologi digital untuk hal-hal positif. Jangan sampai demi popularitas di dunia maya, anak-anak melakukan hal-hal kontroversial dan melanggar moral.
Kasali menyatakan bahwa memanjakan anak bukan sesuatu yang dilarang, tapi berikan dengan porsi yang tepat. Biarkan anak memilih jalannya sendiri dengan tetap dalam pengawasan Anda, dan hindari mengatur seluruh perjalanan mereka. Orangtua harus berperan agar anaknya menjadi generasi yang lebih baik dari dirinya. Jangan terlalu memanjakan anak dengan berlebihan. Berikan konsekuensi jika anak melakukan kesalahan. Mari kita memberi pemahaman akan banyak hal kepada anak-anak, berdampingan dengan teori pengetahuan. Keberhasilan anak-anak ke depan bukan sekedar dari pengetahuan, tetapi generasi berikutnya perlu menjadi orang yang eksploratif.
Peran sekolah dan orang tua sangat penting dalam mengubah kondisi mental, sikap, dan perilaku Generasi Strawberry agar mereka menjadi generasi yang tangguh, unggul, sopan, beretika, berempati, dan religius. Potensi mereka yang kreatif, terbuka, dan adaptif memberikan peluang untuk melakukan perubahan. Akhlak adalah modal utama untuk membentuk perilaku yang memiliki daya juang tinggi agar tumbuh jiwa kepemimpinan.
Oleh: Ust. Heri Murtomo, M.Pd – Pengajar di SD Luqman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya
Referensi: Kasali, R.(2017). Strawberry Generation : anak-anak kita berhak keluar dari perangkap yang bisa membuat mereka rapuh. Bandung : Mizan