Oleh: Mifta Khuljannah, S.Pd – Guru SD Luqman Al-Hakim Surabaya
Adab Sebelum Ilmu: Pilar Utama dalam Pendidikan Holistik. Sekolah adalah tempat anak-anak menuntut ilmu secara formal di bawah bimbingan guru dalam lingkungan yang terstruktur. Memilih sekolah yang berlandaskan nilai ketauhidan adalah upaya orang tua untuk menempatkan anaknya di lingkungan yang baik dan kondusif. Dalam praktiknya, sekolah tidak terlepas dari penerapan metode pendidikan, salah satunya adalah pendidikan holistik.
Pendidikan holistik merupakan pendekatan yang memandang siswa sebagai pribadi utuh. Ia tidak hanya menekankan aspek intelektual (kognitif), tetapi juga menyentuh dimensi spiritual, emosional, sosial, dan fisik. Aspek spiritual menumbuhkan nilai-nilai moral dan adab. Emosional melatih empati, kesadaran diri, serta pengendalian emosi. Sosial membentuk sikap yang baik dalam masyarakat. Sementara fisik memperhatikan kesehatan dan keseimbangan jasmani. Di antara semua aspek tersebut, nilai spiritual menjadi pilar utama. Pembentukan nilai dan adab harus ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan sekolah maupun rumah.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari norma atau aturan tentang kesopanan yang bersumber dari ajaran agama dan budaya. Adab mencakup berbagai aspek: cara berbicara, bersikap, berinteraksi dengan orang lain, hingga bagaimana seseorang menjaga diri dan lingkungan. Maka menanamkan adab menjadi langkah awal dalam pendidikan holistik.
Peran Penting Guru
Guru memegang peran strategis dalam membentuk karakter siswa, tidak sekadar sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembina adab. Sebelum ilmu diberikan, adab harus lebih dahulu ditanamkan agar ilmu membawa manfaat dan keberkahan. Guru adalah teladan yang akan menjadi panutan bagi siswa dalam bersikap santun, disiplin, dan menghormati sesama.
Baca juga: Tantangan dan Strategi Inovatif Kepala Sekolah Visioner di Era AI
Melalui kebiasaan sederhana seperti datang tepat waktu, menyambut siswa dengan ramah, serta memberi motivasi setiap pagi, guru sudah menanamkan nilai adab dalam praktik nyata. Pembiasaan salam, senyum, salim, dan sapa menjadi budaya positif yang ditiru oleh siswa. Interaksi sopan antar guru dan penghormatan kepada semua warga sekolah turut menjadi cerminan nyata pendidikan karakter.
Pendidikan adab juga dapat disisipkan dalam semua mata pelajaran. Ini menjadikan proses belajar tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga membentuk kepribadian dan akhlak siswa. Di SD Luqman Al Hakim Surabaya, pendidikan tidak berhenti pada pengajaran ilmu saja. Sekolah ini menanamkan pentingnya adab, etika, dan sopan santun melalui program Bina Akhlak yang dilaksanakan setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai. Di sinilah peran guru diperkuat sebagai pembimbing karakter, tidak hanya di sekolah, tapi juga sebagai jembatan menuju kehidupan beradab di rumah dan masyarakat.
Selain itu, setiap awal pembelajaran di SD Luqman Al Hakim, guru selalu mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai tauhid Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Pendekatan ini memperkuat aspek spiritual dan menjadikan pendidikan lebih bermakna.

Adab Sebelum Ilmu Pilar Utama dalam Pendidikan Holistik
Pepatah Arab “Al adabu fauqol ‘ilmi” yang berarti “Adab lebih tinggi daripada ilmu” sangat relevan dalam konteks ini. Dalam Islam, adab adalah dasar akhlak mulia. Pepatah ini tidak menafikan pentingnya ilmu, tetapi menekankan bahwa adab adalah fondasi utama sebelum ilmu ditanamkan. Karena ilmu tanpa adab bisa menyesatkan, sedangkan adab yang kuat akan menuntun ilmu ke jalan yang benar.
Guru memiliki tanggung jawab menciptakan suasana belajar yang kondusif dan sarat nilai. Dengan membiasakan sikap sopan seperti mengucap salam, meminta izin, dan menghargai pendapat, guru membentuk lingkungan yang mendidik. Ketika siswa melakukan kekeliruan dalam adab, guru dituntut bijak dalam menegur—bukan untuk mempermalukan, tapi untuk membimbing dengan kasih. Penanaman adab ini sejalan dengan pepatah ulama, “Adab adalah mahkota bagi ilmu.”
Peran Utama Orang Tua
Di samping peran guru, orang tua memiliki tanggung jawab utama sebagai pendidik pertama anak. Keluarga adalah madrasah pertama dan utama. Anak belajar nilai sopan santun, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap orang lain dari apa yang ia lihat dan alami di rumah.
Melalui keteladanan orang tua dalam keseharian—seperti mengucapkan salam, meminta maaf, mengucapkan terima kasih—anak-anak belajar adab secara alami. Suasana rumah yang hangat dan penuh kasih sayang menjadi lahan subur untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Anak pun belajar berbicara dengan lembut, makan dengan adab, dan menghargai orang lain sejak dini.
Baca juga: Main Seru Dapat Ilmu Baru Deep Learning Bukan Hal Baru Bagi Guru
Dengan kesabaran dan konsistensi, orang tua dapat membentuk karakter anak yang kuat. Pendidikan adab yang dimulai dari rumah akan menjadi bekal penting saat anak bersosialisasi di sekolah dan masyarakat. Rumah dan sekolah harus bersinergi agar anak mendapatkan nilai-nilai yang seragam dan konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Berlandaskan pendidikan holistik, mari kita bersama-sama menanamkan adab sebelum ilmu. Guru dan orang tua harus bersinergi membentuk anak-anak melalui pendekatan pendidikan yang menyentuh seluruh aspek perkembangan—spiritual, moral, sosial, emosional, dan intelektual. Pendidikan holistik tidak memisahkan antara ilmu dan akhlak, karena keduanya harus berjalan beriringan. Adab bukan sekadar tata krama, tetapi bagian penting dari pembentukan manusia seutuhnya. Melalui sinergi rumah dan sekolah, kita bisa menciptakan generasi berilmu dan berakhlak mulia yang mampu menempatkan ilmunya di jalan yang benar dan bermanfaat.
