Home » Transformasi Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah di Era Digital

Transformasi Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah di Era Digital

by admin
Transformasi Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah pada Era Digital

Oleh: Dr. (Cand) Adi Purwanto, M.Pd – Kasek SD Luqman Al-Hakim Surabaya & Kadepdik Hidayatullah Jawa Timur

Transformasi Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah di Era Digital. Perubahan di dunia pendidikan semakin cepat. Teknologi, globalisasi, dan tuntutan zaman menuntut sekolah untuk bergerak lebih adaptif. Di tengah arus perubahan ini, peran kepala sekolah menjadi sangat penting. Ia tidak hanya menjalankan administrasi, tetapi juga harus mampu menjadi pemimpin transformasi. Kepala sekolah yang visioner bisa membawa sekolah keluar dari stagnasi menuju lembaga pendidikan yang unggul, berdaya saing, dan inspiratif. Inilah yang dilakukan oleh SD Luqman Al Hakim Surabaya dalam satu dekade terakhir.

Membangun Fondasi Transformasi Sekolah

SD Luqman Al Hakim Surabaya merupakan salah satu amal usaha pendidikan milik Pondok Pesantren Hidayatullah. Sekolah ini berdiri sejak 1996 dan pernah menjadi percontohan nasional. Namun, sempat mengalami stagnasi antara tahun 2010 hingga 2015. Jumlah pendaftar menurun, kepercayaan masyarakat melemah. Transformasi pun menjadi keniscayaan.

Pada 2015, kepala sekolah baru mulai bertugas. Tugas pertamanya adalah membangun fondasi yang kuat. Ia membentuk tim manajemen yang solid dengan kombinasi guru senior dan guru muda. Penyusunan struktur organisasi yang rapi menjadi dasar koordinasi yang efisien. Dengan fondasi ini, seluruh elemen sekolah diarahkan untuk bergerak dalam satu irama.

Baca juga: Kembali Ke Khittah Peran Guru

Langkah berikutnya adalah analisis SWOT. Kekuatan dan kelemahan sekolah dievaluasi. Peluang dan ancaman dari luar juga dikaji. Hasil analisis ini menjadi dasar penyusunan rencana jangka menengah (2015–2019) dan jangka pendek tahunan. Targetnya jelas: mengangkat citra sekolah menjadi institusi Islam unggulan yang tak hanya kuat dalam nilai-nilai Al-Qur’an, tetapi juga berprestasi secara akademik.

Dalam empat fase: eksplorasi, kompetisi, prestasi, dan transisi, transformasi dilakukan secara bertahap. Guru dilatih, pembina olimpiade didatangkan, dan siswa diberi ruang untuk tumbuh. Hasilnya mulai terlihat. Dari sekadar juara tingkat kecamatan, siswa SD Luqman Al Hakim mulai meraih prestasi hingga ke tingkat nasional dan internasional. Jumlah medali meningkat dari tahun ke tahun, hingga menembus angka 500 piala.

Perubahan Strategis Dari Pembelajaran Hingga Digitalisasi

Transformasi tidak berhenti di aspek manajerial. Memasuki periode kedua (2019–2024), fokus bergeser ke pengembangan sarana, digitalisasi, dan penguatan mutu pembelajaran. Tantangan datang ketika pandemi COVID-19 melanda. Sekolah harus segera beradaptasi. Kepala sekolah bertindak cepat. Sistem pembelajaran daring disiapkan. Guru dilatih menguasai Microsoft Teams. Kurikulum disesuaikan dengan kondisi pandemi.

Langkah ini sejalan dengan Teori Perubahan Organisasi oleh Fullan (2020), yang menekankan bahwa pemimpin perubahan harus mampu menciptakan rasa urgensi, menyusun visi jelas, dan menggerakkan semua pihak terlibat dalam transformasi. Kepala sekolah SD Luqman Al Hakim menjalankan prinsip ini secara nyata: memimpin perubahan struktural, membangun visi sekolah berbasis teknologi, dan melibatkan guru dalam setiap pengambilan keputusan strategis.

Selain itu, pengembangan fisik juga dilakukan. Aula sekolah dibangun. Perpustakaan ditata ulang. Ruang manajemen, laboratorium IPA, dan ruang guru direnovasi. Semua untuk mendukung kenyamanan proses belajar. Di sisi lain, sistem digitalisasi mulai diterapkan. Kepala sekolah tak hanya mengandalkan metode lama, tetapi mulai memperkuat tata kelola berbasis teknologi.

Transformasi Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah di Era Digital

Transformasi Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah di Era Digital

Transformasi juga menyentuh sisi kebijakan. Kepala sekolah mulai menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dengan lima fase baru: eksplorasi, rekonstruksi, elaborasi, konfirmasi, dan transisi. Masing-masing fase punya fokus berbeda, mulai dari penguatan manajerial, penjajakan SPK (Sekolah Program Kerjasama), hingga peneguhan positioning sekolah sebagai rujukan nasional.

Hal ini juga didukung oleh Teori Teknologi dan Digitalisasi dalam Pendidikan oleh Tondeur et al. (2019), yang menyebut bahwa kepala sekolah harus menjadi penggerak integrasi teknologi dan memastikan semua guru memiliki literasi digital. Di SD Luqman Al Hakim, integrasi teknologi dibarengi dengan pelatihan, pengadaan sarana, dan pembentukan budaya digital yang mendukung pembelajaran adaptif.

Di tengah keterbatasan pandemi, justru muncul kreativitas dan terobosan. Guru tak hanya mampu mengajar secara daring, tetapi juga mulai menghasilkan karya. Siswa tetap berprestasi dalam lomba-lomba online. Penilaian pendidikan dari pemerintah pun menunjukkan hasil memuaskan, terutama dalam aspek literasi dan numerasi. Citra sekolah kembali terangkat. Kepercayaan masyarakat meningkat. Jumlah pendaftar kembali melampaui target yayasan.

Kepemimpinan Transformasional Kunci Sekolah Tangguh dan Adaptif

Transformasi yang dilakukan oleh kepala sekolah SD Luqman Al Hakim tidak hanya soal program. Ia adalah proses kepemimpinan yang sistematis, strategis, dan melibatkan semua pihak. Ini sejalan dengan teori kepemimpinan transformasional. Kepala sekolah bukan sekadar pengelola, tetapi inspirator. Ia mampu menciptakan visi besar, memotivasi guru, dan membangun budaya kerja yang kolaboratif.

Kepemimpinan seperti ini sangat penting di abad 21. Dunia pendidikan tak lagi bisa berjalan dengan cara lama. Kepala sekolah harus mampu menjadi pemimpin perubahan. Ia harus melek teknologi, mampu membaca tren global, dan tanggap terhadap kebutuhan lokal. Dalam konteks SD Luqman Al Hakim, kepala sekolah juga memperkuat nilai-nilai keislaman. Ia menyelaraskan prestasi akademik dengan misi dakwah.

Baca juga: Menjawab Tantangan Abad 21 dengan Keterampilan 4C

Hal yang menarik, semua proses dilakukan secara bertahap dan terukur. Setiap fase transformasi didesain dengan tujuan yang jelas. Mulai dari membangun tim, menguatkan sistem, hingga menghasilkan output yang terukur seperti prestasi siswa, peningkatan kualitas guru, hingga peningkatan jumlah pendaftar.

Kunci lainnya adalah keterlibatan semua pihak. Guru, siswa, orang tua, hingga yayasan diajak terlibat. Sosialisasi dilakukan dengan baik. Harapan dibangun bersama. Semangat dikobarkan lewat tagline yang kuat: “Sekolah Tauhid, Sekolahnya Para Juara”. Semua ini menjadi pengikat emosional dan moral dalam perjalanan perubahan.

Transformasi yang dilakukan SD Luqman Al Hakim Surabaya membuktikan bahwa kepemimpinan yang visioner mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan strategi yang terarah dan semangat kolaboratif, sekolah ini tidak hanya bangkit, tapi juga melesat menjadi rujukan nasional. Perubahan yang berkelanjutan ini menjadi inspirasi bahwa pendidikan yang dikelola dengan hati, ilmu, dan visi akan membawa generasi menuju masa depan yang gemilang.

Leave a Comment