Oleh: Mifta Khuljannah, S.Pd – Guru SD Luqman Al-Hakim Surabaya
Merdeka Sejati: Bebas Berkarya, Taat Syariat Allah. Kemerdekaan adalah keadaan di mana seseorang atau suatu bangsa terbebas dari segala bentuk penjajahan, tekanan, dan belenggu, sehingga dapat menentukan arah hidupnya sendiri dengan penuh martabat. Namun, kemerdekaan sejati bukan hanya sekadar lepas dari kekuasaan asing, melainkan juga bebas dari perbudakan hawa nafsu, ketakutan kepada sang Pencipta, dan pengaruh buruk yang merusak nilai luhur. Kemerdekaan memberikan kesempatan untuk membangun kehidupan yang adil, bermartabat, dan bermanfaat bagi sesama, dengan tetap berpijak pada nilai moral dan tanggung jawab. Tanpa pemahaman yang benar, kemerdekaan dapat berubah menjadi kebebasan tanpa batas yang justru menjerumuskan, sehingga perlu dijaga dan diisi dengan hal-hal yang membawa kebaikan.
Syariat Allah adalah seluruh aturan dan ketentuan yang Allah tetapkan bagi manusia sebagai pedoman hidup, mencakup perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Syariat ini bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, yang mengatur berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat, hingga muamalah seperti jual beli, pernikahan, dan hubungan sosial. Tujuan syariat adalah menjaga agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan, sehingga manusia dapat hidup tertib, adil, dan penuh berkah. Dengan menjalankan syariat Allah, seorang muslim berarti tunduk dan taat kepada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sebagai wujud ketaatan dan penghambaan kepada Sang Pencipta.
Baca juga: Adab Sebelum Ilmu: Pilar Utama dalam Pendidikan Holistik
Dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah sebagai panduan, siswa dapat tetap teguh menjaga identitas sebagai muslim. Bijak dalam menggunakan teknologi, serta selektif terhadap pengaruh luar. Di era zaman sekarang, siswa harus bisa merdeka sesuai syariat Allah dengan memanfaatkan kebebasan yang dimiliki untuk menuntut ilmu, berprestasi, dan mengembangkan diri tanpa melanggar batas-batas agama. Kebebasan belajar, berekspresi, dan bergaul seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat iman, menjaga akhlak, dan menebar manfaat, bukan mengikuti tren negatif yang bertentangan dengan ajaran Islam. Inilah kemerdekaan sejati bagi generasi muda: bebas berkarya, tetapi tetap terikat pada ketentuan Allah yang membawa keberkahan hidup.
Peran Lingkungan Sekolah
Peran di lingkungan sekolah, seperti guru dalam memaknai kemerdekaan di zaman sekarang adalah menanamkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat kebebasan yang telah dianugerahkan. Sekaligus membimbing siswa untuk memanfaatkannya sesuai dengan syariat-Nya. Guru menjadi teladan dalam menjaga akhlak, mengajarkan pentingnya batasan dalam kebebasan. Serta menumbuhkan kesadaran bahwa kemerdekaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Melalui pengajaran yang menggabungkan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam, guru dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat iman dan moralnya, sehingga kemerdekaan yang dinikmati tetap berada di jalan yang diridai Allah.

Merdeka Sejati Bebas Berkarya, Taat Syariat Allah
Menikmati kemerdekaan sesuai syariat Allah di era zaman sekarang berarti menggunakan kebebasan yang kita miliki untuk memperbanyak kebaikan dan menjaga diri dari kemaksiatan, meski arus godaan dunia begitu deras. Di tengah kemajuan teknologi dan terbukanya akses informasi, seorang muslim yang merdeka sejati akan bijak memilih tontonan, bacaan, dan lingkungan pergaulan yang mendekatkan diri kepada Allah. Ia memanfaatkan kemerdekaan berbicara untuk menyebarkan kebenaran, kemerdekaan berkreasi untuk menghasilkan karya bermanfaat, dan kemerdekaan bergerak untuk menolong sesama.
Oleh karena itu pendidikan integral di SD Luqman Al Hakim Surabaya menanamkan batasan bergaul antara siswa dan siswi sejak kelas 4 SD. Batasan bergaul yang bukan mahram ini meliputi kelas yang terbagi menjadi 4 kelas. Dua kelas berisi annisa (perempuan) saja, 2 kelas lainnya berisi arrijal (laki-laki)saja. Penanaman batasan bergaul ini tak lain, agar mereka memahami bahwasannya ada batas mahram antara laki-laki dan perempuan. Dengan ustaz maupun ustazah mereka pun tidak bersentuhan saat bersalaman, tetapi memberikan isyarat kedua tangan dilipat di depan dada, sebagai bentuk salim, dan tetap mengucapkan salam dengan senyum.
Baca juga: Tantangan dan Strategi Inovatif Kepala Sekolah Visioner di Era AI
Hal ini merupakan pondasi dasar dalam agama sesuai dalam hadist Imam At Thabrani dalam kitab al Mujamur Kabir. Dinyatakan bahwa: “Sesungguhnya andai kepala seseorang kalian ditusuk dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya daripada meyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya”. Masuk dalam larangan tersebut yaitu bersalaman antara lelaki dan perempuan. Baik itu seorang Ustaz dengan siswinya, atau Ustazah dengan siswanya. Serta seorang lelaki dengan wanita dari kerabatnya yang bukan mahramnya, seperti sepupunya.
Peran Lingkungan Rumah
Peran lingkungan rumah pun tak kalah pentingnya, menyelaraskan aturan bebas sesuai syariatNya, salah satunya seperti yang diajarkan di lingkungan sekolah. Tujuan penyelarasan ini agar siswa dapat memperkuat imannya di era kemajuan teknologi saat ini. Agar siswa juga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ditentangkan dalam syariatNya.
Peran lingkungan sekolah dan rumah, selalu berkaitan dan harus selaras, dengan tujuan yang sama. Jika pendidikan di sekolah dan di rumah selaras, anak akan tumbuh dengan pemahaman yang konsisten antara ilmu dan amal. Sehingga ia tidak bingung dan mampu menjalani kehidupan sesuai tuntunan Allah.
Marilah kita memaknai sebuah kemerdekaan dengan rasa syukur atas limpahan rahmat yang telah Allah berikan kepada kita semua, dengan hidup sesuai syariatNya.
