SD Islam Terbaik | SD Luqman Al Hakim Surabaya | SD Islam di Surabaya | Sekolah Favorit di Surabaya | SD Favorit di Surabaya
Rubrik : Artikel Guru
Bercermin Kepada Madrasah Ramadhan (2-habis)
2021-04-30 08:42:23 - by : admin


Keempat, kita sadar bahwa kesulitan membawa kemudahan


Perjuangan membawa kemenangan. Puasa mendatangkan kenikmatan berbuka dan menghadirkan hari raya. Inilah kaidah penting yang harus kita camkan. Siapa saja yang ingin sukses, tidaklah mungkin tidak menghadapi kesulitan. Tak ada orang yang sukses tanpa perjuangan.


Siapa yang hanya berpangku tangan, maka cukuplah udara hampa yang didapatkan. Puasa mengajarkan kita semua, tak mungkin bisa merasakan nikmatnya berbuka dan hari raya kecuali yang telah berpuasa dengan baik. Wahai anak-anak dan para pemuda. Yang yatim dan yang papa. Yang sedang sakit dan yang lemah. Jangan anggap kesulitan itu rintangan. Sesungguhnya kesulitan adalah tangga manis untuk mengantarkan kesuksesan.


Allah berfirman, "Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyrah : 5-8).


Kelima, kita sadar bahwa Allah sangat mencintai kita semua


Kepada hamba-hamba-Nya yang beriman ini. Umat Nabi Muhammad Saw. Allah menganugerahkan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah membuka pintu-pintu Surga. Allah telah menutup semua pintu neraka. Syetan pun dibelenggu. Pahala dilipat gandakan dengan melimpah ruah. Lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan telah dianugerahkan. Inilah kecintaan Allah kepada kita umat Nabi Muhammad yang beriman.


Baca juga: Bercermin Kepada Madrasah Ramadhan (1)


Tinggal apakah kecintaan Allah ini kita balas dengan ketaatan atau kedurhakaan. Betapa buruknya bila kecintaan ini kita balas dengan kemaksiatan. Betapa buruknya bila panggilan-Nya yang penuh dengan kecintaan ini kita sambut dengan pura-pura tidak mendengar.


Betapa buruknya, bila hari raya yang penuh berkah (bergemuruh takbir, tahlil dan tahmid ini) lalu kita susul dengan pesta dosa. Betapa buruknya, bila kita kumpul bersuka cita sekarang di sini shalat Idul fitri, tapi besok pagi tak lagi kita mampu melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat subuh dan shalat-shalat lainya.


Betapa buruknya, bila di bulan Ramadhan masjid ramai, tapi setelah itu kembali sepi dan sunyi. Ya Allah ampuni kami.. ya Allah kami mohon cinta-Mu… bimbing kami.. anak-anak kami.. semua saudara-saudara kami ini Ya Allah..


Keenam, kita sadar bahwa dalam hidup ini hendaknya saling cinta mencintai.


Puasa telah mengajarkan kita empati dan berbagi terhadap sesama. Kita berpuasa tapi ada makanan untuk berbuka. Kita berpuasa tapi hanya dalam hitungan beberapa jam saja. Ada di antara kita yang berpuasa tapi tak ada makanan untuk berbuka dan tanpa batas waktu karena memang tak ada.


Itulah maka di bulan Ramadhan kita gemar memberi. Dan, semuanya kita di akhir Ramadhan diwajibkan menunaikan zakat fitrah, untuk kaum fakir dan miskin. Jadi, puasa mengajarkan kita semua untuk saling berbagi dan cintai mencintai.


Nabi bersabda: “Tidaklah kamu masuk Surga sehingga kamu beriman kepada Allah, dan tidaklah kamu beriman sehingga kamu saling cinta mencintai.” (HR. Muslim)


Ketujuh, kita sadar bahwa semua kenikmatan dunia hanyalah sementara.


Puasa menunjukkan bahwa lapar dan kenyang di dunia ini tidaklah lama. Makanan dan minuman terasa nikmat bila masih di atas tenggorokan. Tapi kalau sudah kita telan, maka tak terasa lagi.


Baca juga: Gerakan Wakaf Kapal Selam


Oleh karena itu yang kaya di dunia ini adalah sementara. Yang sehat juga sementara. Yang cantik, sementara. Yang muda, sementara. Pejabat, sementara. Dan semua itu menjadi sia-sia, bahkan menjadi sumber malapetaka, bila tidak dilandasi dengan Agama yang baik.


Betapa banyaknya yang kaya akhirnya menderita karena tak memegang teguh Agama. Betapa banyaknya pejabat tinggi yang akhirnya jatuh hina karena tidak istiqamah. Betapa banyak rumah tangga menjadi berantakan setelah ekonomi meningkat sementara iman menurun.


Inilah puasa menyadarkan kepada kita bahwa peningkatan materi duniawi yang tak diiringi dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan, hanyalah mempercepat penderitaan. Peningkatan ekonomi, materi dan pembangunan fisik saja, tanpa dilandasi dan diiringi dengan ketaatan dalam beragama, maka itu tidak akan membuahkan kemakmuran, tapi justru mempercepat kehancuran.


Allah berfirman, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra’ (17) : 16)


Kedelapan, akhirnya dengan puasa kita benar-benar sadar bahwa hakikat diri kita adalah jiwa, bukan tubuh.


Puasa menyadarkan kita bahwa tubuh ini hanyalah rangka atau rumah belaka. Hakekat manusia adalah jiwanya. Ruhnya. Bukan badannya ini. Cepat atau lambat tubuh ini pasti akan kita tinggalkan. Dan kalau sudah kita tinggalkan maka tak berarti dan tak bernilai sama sekali.


Maka betapa merugi orang yang hanya sibuk mengurusi kesehatan jasmaninya saja, sementara ruh dan jiwa tak pernah diberikan haknya. Betapa buruknya orang yang hanya sibuk makan dan minum hingga tak peduli halal dan haram, padahal jasmani ini bakal dikubur dan dijadikan santapan cacing dan binatang yang ada dalam tanah.


Puasa menyadarkan kita, bahwa jiwa inilah yang terpenting. Ruh inilah yang tetap ada dan bakal mendapatkan balasan. Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh-tubuh kamu dan juga tidak melihat kepada rupa-rupa kamu. Tetapi Allah melihat kepada hati kamu dan amal perbuatan kamu.” (Hr. Muslim).


Kalau pada hari ini ada di antara kita yang sedang sakit, itu tak mengapa.. kalau ada yang hartanya berkurang, tak mengapa.. Kalau ada yang matanya mulai rabun, telinganya tuli, dan giginya mulai hilang, tak mengapa.. Tak perlu bersedih.. Karena pada dasarnya memang badan ini semuanya takkan bergerak sama sekali.. Saat itu tak perlu khawatir. Di mana pun kita meninggal dunia, maka tubuh ini pasti ada yang mengurusnya. Ada yang memandikannya, ada yang mengafaninya, ada yang menshalatinya dan ada yang menguburnya.


Itulah urusan dan nasib tubuh kita. Yang cantik, yang kaya, yang sehat sama. Akhirnya bercampur dengan tanah dan jadi makanan binatang-binatang di dalamnya. Apakah urusan selesai? Tidak. Yang mati hanya tubuh kita. Tapi ruh kita, jiwa kita masih ada. Di situlah babak kehidupan yang sejati dimulai. Tak ada sandiwara dan tak ada basa basi. Yang dipanggil bukan lagi jasmani ini. Tapi jiwa yang berada di dalam tubuh ini. Yang baik mendapatkan kebaikannya dan yang buruk mendapatkan keburukannya.


Semoga kita semua ini nanti dipanggil oleh Allah dengan panggilan, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al Fajr : 27-30)


Oleh: Ust. Sholih Hasyim - Perintis Pesantren Hidayatullah Kudus & Penulis Buku

SD Islam Terbaik | SD Luqman Al Hakim Surabaya | SD Islam di Surabaya | Sekolah Favorit di Surabaya | SD Favorit di Surabaya : http://integral.sch.id
Versi Online : http://integral.sch.id/?pilih=news&aksi=lihat&id=1282