Warning: session_start(): open(/home/cakrudin/tmp/sess_kiu8v75uh50g3vdslcg2nt86o7, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3

Warning: session_start(): Cannot send session cache limiter - headers already sent (output started at /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php:3) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3
Jadilah Generasi Millenials yang Cerdas dan Bijaksana

Jadilah Generasi Millenials yang Cerdas dan Bijaksana

Posted on: 16 January 2019

Buya Hamka dalam bukunya Pribadi Hebat menulis; “Timbulnya kebijaksanaan adalah karena ilmu, ketetapan hati, dan karena meletakkan sesuatu pada tempatnya

 

 

Generasi yang lahir mulai dari tahun 1980 sampai tahun 2000 dikategorikan sebagai generasi Y atau generasi millenials. Ciri-ciri dari generasi ini di antaranya adalah gemar sekali menatap gadget alias melek digital. Hari-harinya didominasi dengan bermain media sosial.

 

Tak ayal jika generasi millenials ini setiap ada kesempatan luang tidak dimanfaatkan kecuali asyik menatap gadget. Kondisi itu dipicu oleh rasa tidak mau ketinggalan dengan momen-momen menarik yang terjadi di sekitarnya, sehingga tidak ada media komunikasi yang paling mereka gemari, selain dari pada smartphone-nya sendiri.

 

Hal itu mungkin wajar, mengingat setiap terjadi loncatan teknologi, juga terjadi lompatan perilaku, dimana komunikasi digital adalah hal yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya. Tetapi, sebagai generasi Muslim yang cerdas, ada istilah millenials atau Generasi Y, tidak sepatutnya kualitas iman dan kualitas diri jadi ikut-ikutan mereka yang hidupnya seperti tersihir gadget.

 

Karena penamaan generasi millenials lebih karena adanya loncatan teknologi, jika ke depan teknologi terus berkembang, mungkin ada istilah baru lagi. Tetapi, dalam konteks jati diri sebagai Muslim, jelas tidak boleh berubah, mau seperti apapun teknologi berkembang.

 

Jika demikian, apa yang sepatutnya menjadi prioritas untuk diperhatikan oleh setiap generasi Muslim di era millenials yang serba digital ini?

 

Setidaknya ada dua hal. Pertama adalah perkara di dunia nyata, yang setiap kita tidak boleh tidak sholat, tidak boleh tidak membaca Al-Qur’an, dan tidak boleh menjadi generasi yang asosial alias tidak mau bergaul, sebab dalam Islam ada perintah silaturrahim.

 

Tetap mencintai majelis ilmu di masjid, sekolah, dan di manapun ada taman surga digelar. Hormat kepada orang tua, guru dan berpakaian secara syar’i. Menghargai waktu dan gemar membantu pekerjaan orang tua di rumah.

 

Kedua, di dunia digital. Di era dimana generasi millenials interaksinya di dunia TGIF alias Twitter, Google, Instagram dan Facebook, hendaknya berselancar di dalamnya secara proporsional.

 

Dalam konteks twitter follow saja akun yang memang bisa membuat kamu kian dekat sama Islam. Sekarang sudah mulai banyak artis yang hidup mengikuti sunnah, termasuk yang berhijab secara syar’i. Jauhi akun-akun yang membuat kamu terpedaya, mulai dari cara berpaikaian, kegemaran dan pola pikir.

 

Lebih keren lagi kalau kamu mau searching dan follow akun-akun ustadz, tokoh-tokoh Muslim yang jelas keberpihakannya terhadap umat Islam. Ini penting, sebab kamu generasi Muslim yang ayah dan ibu kamu pasti mendambakan kamu menjadi generasi yang bermanfaat. Hal yang sama mesti kamu lakukan dalam berinteraksi via Facebook, instagram dan Google+.

 

Jangan lupa cari informasi kajian penting dan kamu butuhkan seputar Islam di dunia maya, lumayan bisa nambah ilmu, kawan, wawasan dan pengalaman. Apalagi di bulan Ramadhan, sajian keilmuan dan ke-Islam-an sungguh luar biasa banyaknya, tinggal kamu saja yang perlu kuatkan kemauan dan komitmen mengisi Ramadhan dengan beragam kajian ilmu. Masak iya, jalan-jalan bisa, datangi pengajian gak kuasa. Kongkow di café seneng, masa untuk kebaikan hidup dunia-akhiratmu sendiri gak demen.

 

Dua langkah di atas, jika kamu terapkan dengan baik, sifat kebijaksanaan akan hadir dan memancar dalam kepribadian kamu.

 

Buya Hamka dalam bukunya Pribadi Hebat menulis; “Timbulnya kebijaksanaan adalah karena ilmu, ketetapan hati, dan karena meletakkan sesuatu pada tempatnya, serta menilik sesuatu berdasarkan nilainya.”

 

Dengan demikian, diri kita akan selamat dari wawasan yang sempit, jiwa yang kerdil, dan senang dalam keterpedayaan. Tetapi sebaliknya, akan tepat pendapatnya, jauh pandangannya, dan baik tafsirnya. Masih menurut Hamka, akan menjadikan diri kita mudah membedakan mana benar dan mana salah, tahu mana yang patut dikerjakan dan mana yang patut ditinggalkan. Serta tahu menempatkan waktu dan tempat secara benar.

 

Apabila kebijaksanaan ini hadir dalam jiwa kita, maka tidak ada yang lebih kita gemari selain daripada beramal sholeh. Kala di dunia nyata, lisan terjaga, persuadaraan dijalin dan perilaku pun mulia.

 

Kala di dunia maya, postingan statusnya bijaksana, ada makna dan bukan sekedar memenuhi timeline (TL) dengan keluhan demi keluhan. Andai ini bisa jadi komitmen hidup kamu, insya Allah, perjalanan waktu akan semakin membuatmu berkibar dalam kebaikan demi kebaikan. (Hidayatullah.com)

 

Oleh : Imam Nawawi (Penulis Buku dan Aktifis Hidayatullah Jakarta) 

 

Versi cetak


Berita Terkait


Visitors :6007401 Visitor
Hits :8258390 hits
Month :6205 Users
Today : 787 Users
Online : 21 Users






Sekolah Tahfidz





Hubungi Kami

Jl.Kejawan Putih Tambak VI/1 Surabaya, Telp. 031-5928587

Testimonials

  • Soraya Pambudi

    anggada121212@gmail.com

    Surabaya Timur Pakuwon

    Pada 23-Aug-2019


    Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh. Mohon informasi pendaftaran sekolah untuk tahun ajaran 2020/2021. Mohon maaf apakah sekolah ini mempunyai program kelas internasional? Maksudnya apakah menerima siswa berwarganegaraan Asing?