Full Time Mother Sebuah Keharusan Bukan Pilihan
Posted on: 29 January 2019
Pepatah mengatakan wanita adalah tiang negara. Apabila para wanita baik maka selamatlah negara. Sebaliknya, jika para wanita buruk maka rusaklah negara. Pendek kata, wanitalah penentu masa depan. Tidak berlebihan kiranya, mengingat peran sentralnya sebagai ibu rumah tangga.
Wabah feminisme dan genderisme berusaha mengaburkan peran wanita sebagai ibu rumah tangga. Paham ini menganggap wanita modern harus sejajar dengan laki-laki. Akibatnya, tidak ada batasan yang jelas, siapa pemimpin dalam keluarga.
Banyak wanita lebih asyik bekerja daripada menjadi ibu rumah tangga. Mereka menganggap peran ibu rumah tangga merendahkan martabat dan bentuk perbudakan terhadap wanita.
Dalam Islam, hukum wanita bekerja itu mubah (boleh). Sedangkan menjadi ibu rumah tangga adalah kewajiban. Jadi, sah-sah saja wanita muslim memilih bekerja, namun jangan sampai melupakan kewajibannya. Bagi wanita muslim, menomor satukan kewajiban tentu lebih utama.
Seorang wanita muslim harus terdidik sempurna. Bahkan harus lebih terdidik daripada laki-laki, karena ialah madrasatul ‘ula (pendidikan pertama dan utama) bagi anak-anaknya. Di tangan kaum ibulah generasi muslim berada.
Peran ibu dalam dunia anak tidak akan tergantikan. Perhatian seorang ibu pada anak takkan terbeli oleh apapun. Peran ibu tidak bisa diulang kembali, karena umur anak takkan bisa diputar lagi.
Maka, seorang ibu harus sadar dengan perannya, yakni sebagai fulltime-mother bagi anak-anaknya. So, karir terbaik wanita adalah menjadi ibu sepenuhnya.
Khoirin Nida’ – Aktifis Muslimat Hidayatullah
Tinggal di annidafashion.com