Warning: session_start(): open(/home/cakrudin/tmp/sess_s0gt5ihql1h884mnocgrtku6b7, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3

Warning: session_start(): Cannot send session cache limiter - headers already sent (output started at /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php:3) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3
Guru, Sekedar Profesi ataukah Panggilan Hati

Guru, Sekedar Profesi ataukah Panggilan Hati

Posted on: 31 January 2017

integral.sch.id — Ada sebagian orang mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang guru. Tetapi tidak sedikit pula diantaranya yang tidak bercita-cita guru tetapi “terpaksa” berprofesi sebagai guru. Guru adalah profesi yang sangat mulia. Karena keberadaan gurulah yang membuat seseorang menjadi presiden, menteri, politisi, profesor, pengusaha atau profesi yang lain.

Begitu mulianya tugas seorang guru. Mengajari anak orang supaya bisa membaca, menulis, dan berhitung serta memperoleh ilmu pengetahuan. Mendidik anak orang supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Dengan demikian, sungguh berat sebenarnya tugas seorang guru.

Guru mengajar dan mendidik siswa dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah masyarakat. Bisa dikatakan bahwa gurulah tolok ukur keberhasilan dunia pendidikan di negri ini. Di tangan gurulah masa depan generasi muda ini ditentukan. Oleh karena itu, guru mesti berhati-hati dalam menjalankan tugas mulia ini. Jika salah dalam mendidik mereka, maka akan salah pula nanti produk pendidikan yang dihasilkan.

Dalam pendidikan, yang akan kita cetak itu adalah manusia. Bukan tepung terigu dan telur yang tidak pernah protes meskipun kita campur aduk dengan bahan apapun. Karena yang dicetak adalah makhluk hidup, kita harus lebih banyak belajar dan terus meningkatkan ketrampilan dalam mencetaknya. Agar output yang dihasilkan juga sesuai dengan yang diharapkan. Output yang diharapkan tentunya adalah siswa yang bukan hanya baik saja, tetapi juga harus benar. Oleh karena itu, guru sebagai pencetaknya, juga harus melakukan pengajaran dan pendidikan dengan cara yang baik dan benar. Ingat, baik saja belum cukup. Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Mengajar adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu mengajar dengan cara yang benar. Oleh karena itu, baik dan benar harus menjadi satu kesatuan yang utuh, yang berjalan bersama-sama dan tidak ada yang boleh tertinggal.

Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat murid memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik berkualitas tinggi.

Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.

Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :

1. Meluruskan niat

Dalam rukun sholat yang pertama adalah niat. Tujuannya adalah untuk menata hati agar antara pikiran, hati, dan pikiran menjadi satu kesatuan dalam beribadah. Begitu juga dengan menjadi guru. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah meluruskan niat. Kalau profesi guru hanya sekedar pelarian saja, tidak dapat pekerjaan lain, kebutuhan PNS guru lebih besar dibandingkan dengan PNS lainnya, dan karena banyak hal yang lain. Jika begini, maka kita tidak akan pernah memiliki target dan visi yang jelas ketika menjadi guru. Mungkin cenderung hanya berorientasi pada materi semata, bukan keberhasilan pendidikannya. Oleh karena itu, sebelum menjalani profesi sebagai guru atau yang sudah menjadi guru, maka wajib meluruskan niat lagi.

2. Memiliki akhlak yang mulia

Guru sering diartikan ”digugu dan ditiru”. Nah, ini berarti bahwa guru merupakan suri tauladan bagi murid-muridnya. Segala gerak-gerik, perkataan, dan tingkah laku guru sedikit banyaknya akan dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, seorang guru mesti mencontohkan akhlak yang mulia bagi murid-muridnya. Agar mereka juga bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Maka hindarilah sifat-sifat tercela seperti membenci, marah yang berlebihan, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, mencaci maki murid, dendam terhadap murid, dan berlaku tidak sopan terhadap murid. Hargailah murid terlebih dahulu sebelum meminta murid untuk mengahargai guru. Sayangilah murid, sebagaimana kita sayang pada anak sendiri. Jika tidak mampu untuk menampilkan akhlak yang mulia, maka kecil harapan untuk bisa mencetak siswa yang berakhlak mulia.

3. Senantiasa belajar

Belajar tidak harus tentang pelajaran atau ilmu pengetahuan. Belajar dalam kehidupan ini bisa bermakna luas. Untuk selalu menjadi baik itu juga merupakan salah satu bentuk belajar. Jika sekarang sudah baik, berusahalah terus untuk menjadi lebih baik dihari-hari berikutnya. Jika belum baik, maka perbaiki diri kita mulai sekarang dan terus ditingkatkan untuk hari-hari berikutnya. Jika hari ini masih salah dalam memperlakukan murid, maka belajarlah untuk memperbaikinya di lain waktu. Dengan demikian, murid juga akan mencontoh kebiasaan itu, yakni senantiasa belajar untuk menjadi lebih baik.

4. Pandanglah murid sebagai manusia yang berpotensi

Jangan pandang murid seperti gelas kosong yang siap dituangi air sampai penuh, bahkan meluber. Setiap manusia pasti memiliki potensi, guru tinggal menggali dan mengembangkannya saja. Dengan demikian, proses belajar akan lebih bermakna dan memperoleh hasil yang maksimal.

5. Jangan pernah merasa selalu benar

Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Meskipun guru lebih tua dari murid, tetap saja berpeluang untuk salah. Dan murid, meskipun lebih muda dan mungkin ilmuya belum banyak. tetap berpeluang untuk lebih benar. Maka jangan merasa benar sendiri. Mengajar itu ibadah, jangan pernah berputus asa atas berbagai masalah selama menjalani proses pendidikan ini.

Sudahkah anda menjadi guru yang baik dan benar?

Adi Purwanto, M.Pd (Guru SD Luqman Al Hakim Surabaya)

Versi cetak


Berita Terkait


Visitors :6010840 Visitor
Hits :8267323 hits
Month :6494 Users
Today : 924 Users
Online : 15 Users






Sekolah Tahfidz





Hubungi Kami

Jl.Kejawan Putih Tambak VI/1 Surabaya, Telp. 031-5928587

Testimonials

  • Soraya Pambudi

    anggada121212@gmail.com

    Surabaya Timur Pakuwon

    Pada 23-Aug-2019


    Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh. Mohon informasi pendaftaran sekolah untuk tahun ajaran 2020/2021. Mohon maaf apakah sekolah ini mempunyai program kelas internasional? Maksudnya apakah menerima siswa berwarganegaraan Asing?