Warning: session_start(): open(/home/cakrudin/tmp/sess_47gi2u9bgrgjmq7ioebkb5vc81, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3

Warning: session_start(): Cannot send session cache limiter - headers already sent (output started at /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php:3) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3
Urgensi Seorang Pemimpin

Urgensi Seorang Pemimpin

Posted on: 29 October 2020

Adanya sistem kepemimpinan dalam kehidupan bermasyarakat adalah sunatullah. Hal itu menjadikan keniscayaan akan hadirnya seorang pemimpin dalam tatanan kehidupan. Apalagi fitrah manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka pasti akan membutuhkan seorang pemimpin dalam menjalani hidup dan kehidupannya.



Lebih dari itu seorang pemimpin merupakan aspek penentu suskes dan tidaknya sebuah organisasi. Karena kwalitas seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kwalitas kinerja seluruh anggotanya. Jika pemimpinnya bagus maka itu merupakan modal utama untuk mecapai kesuksesan lembaga. Begitu juga sebaliknya jika pemimpinnya buruk maka kemungkinan besar lembaga yang dipimpinnya juga akan terkena dampaknya.


Lalu seperti apa sesungguhnya urgensi seorang pemimpin dalam sebuah kehidupan sosial atau organisasi? Untuk mempermudah pemahaman kita, setidaknya 3 realita dibawah ini bisa kita jadikan sebagai sebuah perumpamaan.


Tiga Perumpamaan


Perumpamaan pentingnya posisi pemimpin dalam kehidupan sosial yang pertama yaitu kita bisa belajar dari sebuah alat transportasi berupa kereta api. Sebagaimana kita tahu bahwa kereta api terdiri dari kepala atau lokomotif dan beberapa gerbong yang mengikuti dibelakangnya. Kitapun paham bahwa pusat tenaga dari sebuah kereta api terdapat pada kepala atau lokomotifnya. Bergerak dan tidaknya kereta api tersebut tergantung dari lokomotif tersebut. Karena pusat tenaga kereta api berada disana. Jika mesin kereta api tersebut dalam kondisi baik maka normallah pergerakan kereta nantinya. Tetapi jika mesinnya rusak maka sudah pasti seluruh gerbong dibelakangnya akan diam tak berdaya.


Selain sebagai pusat tenaga, lokomotif kereta juga merupakan pusat kendali. Artinya kemana arah lokomotif bergerak, disitulah ada banyak gerbong yang tertata rapi mengikuti dibelakanganya. Jika lokomotif bergerak meningggalkan kota Surabaya menuju ibu kota Jakarta maka bisa dipastikan tidak ada satu gerbongpun yang menyelisihi arah lajunya. Begitulah posisi pemimpin yang senantiasa hadir sebagai penggerak dan pusat pengendali pergerakan lembaga atau organisasi.


Sebuah perumpamaan yang kedua yaitu kita juga bisa melihat urgenya posisi seorang pemimpin lewat kesempurnaan anggota tubuh yang kita miliki. Kita bisa dikatakan sebagai seorang manusia karena adanya kepala yang masih menempati posisinya. Maksudnya adalah kepala kita menjadi kunci utama untuk tubuh bisa disebut sebagai seorang manusia. Adapun anggota tubuh lainnya “hanya” sebagai pelengkap saja. Sehingga keberadaannya tidak akan mempengaruhi status tubuh untuk dikatakan sebagai seorang manusia.


Taruhlah ada seseorang yang tidak mempunyai tangan, pasti kita semua masih sepakat menyebutnya sebagai manusia. Begitu juga jika ada seseorang tidak mempunyai kaki, kitapun masih menggelarinya sebagai manusia. tetapi jika tubuh ini tidak memiliki kepala maka siapa yang berani menyebutnya sebagai seorang manusia.


Seorang petugas sensus pendudukpun masih berani mencatat dan memasukan tubuh yang hanya cacat kaki, tangan, dan cacat lainnya sebagai warga negara Indonesia. Tapi disaat tubuh tersebut tidak mempunyai kepala maka petugas sensus mana yang akan berani menghitungnya sebagai warga negara. Kenapa kepala sangat menentukan status manusia, tidak lain karena di kepala manusia ada otak sebagai sumber penggerak dan pengendali seluruh tubuh manusia.


Selain itu secara umum kepala juga menjadi standar umum identitas seorang manusia. Maksudnya adalah kepala -yang disalah satu bagiannya terdapat wajah merupakan bagian pertama yang mewakili seluruh anggota tubuh manusia. Bahkan kepala juga sering dijadikan sebagai representasi baik dan buruknya seluruh bagian tubuh secara keseluruhan. Selain itu kepala juga merupakan bagian yang menjadi daya tarik pertama bagi setiap orang. Tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa “Jatuh cinta pada pandangan pertama” itu real adanya. Catatan pentingnya adalah bagian yang dilihat pada pandangan pertama tersebut tidak lain adalah wajah yang ada di kepala.


Selanjutnya yang ketiga kita bisa melihat proses sholat berjama’ah di masjid. Kenapa sholat berjama’ah? Karena  di dalam sholat berjama’ah sangat kental sekali nilai nilai kepemimpinan yang terkandung di dalamnya. Khususnya terkait aspek urgensi seorang pemimpin yang sangat menentukan status sholat seseorang. Apakah ia mengerjakan sholat berjama’ah atau hanya sholat sendiri.


Sebagaimana kita ketahui bahwa keberadaan seorang imam dalam sholat berjama’ah adalah sebuah kewajiban. Artinya seberapa banyakpun orang yang melakukan sholat di masjid namun tanpa dipimpin oleh seorang imam maka sholatnya tidak bisa dikatakan sebagai sholat berjama’ah. Tentunya pahala yang dijanjikan 27 derajatpun tidak akan didapatkan.


Tetapi walaupun itu cm 2 orang yang melaksanakan sholat dan salah satunya jadi imam, maka cukuplah yang demikian itu bisa dikatakan sebagai sholat berjama’ah. Pahala 27 derajatpun secara otomatis akan didapatkannya. Dari situ kita bisa melihat bahwa jumlah banyak tidak selalu lebih baik dari yang sedikit. Sebaliknya walaupun jumlahnya sedikit bisa jadi jauh lebih utama dari yang jumlahnya banyak kerena hadirnya seorang pemimpin di dalamnya.


Dari ketiga perumpamaan diatas setidaknya kita bisa menyimpulkan bahwa begitu urgennya posisi seorang pemimpin dalam hidup dan kehidupan ini. Kita bisa mengibaratkan posisi seorang pemimpin layaknya sebuah lokomotif kereta yang menjadi penggerak sekaligus pengendali gerbong di belakangnya. Urgensi kedudukan pemimpin juga bisa diibaratkan kepala dalam tubuh manusia. Dimana keberadaanya menjadi identitas utama sekaligus sebagai representasi dari tubuh secara keseluruhan. Terakhir kedudukan pemimpin diumpamakan layaknya seorang imam dalam sholah berjama’ah yang sangat menentukan status dari sholat berjama’ah itu sendiri


Kita bisa bayangkan seandainya kehidupan sosial yang kita jalani ini tidak memiliki seorang pemimpin. Alih alih berpikir tentang tujuan dan cita cita bersama, yang ada malah hukum rimba, yang kuat akan menindas yang lemah.


Oleh : Alim Puspianto, M.Kom - Dosen STAI Luqman Al Hakim Surabaya

Versi cetak


Berita Terkait


Visitors :6006551 Visitor
Hits :8253117 hits
Month :6167 Users
Today : 750 Users
Online : 17 Users






Sekolah Tahfidz





Hubungi Kami

Jl.Kejawan Putih Tambak VI/1 Surabaya, Telp. 031-5928587

Testimonials

  • Soraya Pambudi

    anggada121212@gmail.com

    Surabaya Timur Pakuwon

    Pada 23-Aug-2019


    Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh. Mohon informasi pendaftaran sekolah untuk tahun ajaran 2020/2021. Mohon maaf apakah sekolah ini mempunyai program kelas internasional? Maksudnya apakah menerima siswa berwarganegaraan Asing?