Warning: session_start(): open(/home/cakrudin/tmp/sess_jpi22c9dq1q3l4ukfbd7qbo0t1, O_RDWR) failed: Disk quota exceeded (122) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3

Warning: session_start(): Cannot send session cache limiter - headers already sent (output started at /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php:3) in /home/cakrudin/integral.sch.id/ikutan/session.php on line 3
Sosok Syekh Ali Jaber

Sosok Syekh Ali Jaber

Posted on: 18 September 2020

Satu hal yang menyebabkan Syekh Ali Jaber memilih tetap berdakwah di Indonesia. “Islam di Indonesia kebanyakan hanya sebuah nama, sementara perilaku sehari-hari masih jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri,” katanya. Ia punya perhatian khusus kepada para penghafal al-Qur`an. Sayangnya, katanya, Indonesia yang Muslimnya terbesar di dunia, sedikit penghafal al-Qur`annya.



Nama Syekh Ali Jaber naik ke permukaan beberapa hari ini. Baik di media maupun medsos. Itu terkait dengan penusukan yang dilakukan seorang pemuda, saat ia berceramah di sebuah acara di Lampung, beberapa waktu lalu.


Sebagai pendakwah nama Syekh Ali cukup di kenal di Nusantara, walau ia bukan warga negara Indonesia. Wajahnya kerap nongol di layer kaca, karena ia menjadi salah satu dewan juri kompetisi penghafal al-Qur`an di sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia.


Syekh Ali memang punya perhatian khusus kepada al-Qur`an. Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim, katanya, namun masih banyak yang belum bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. “Itulah salah satu sebab yang membuat saya lebih fokus memperhatikan para penghafal al-Qur’an di Indonesia, termasuk juga tunanetra,” jelasnya.


Selain itu, lanjutnya, masih sedikit sekali jumlah para penghafal al-Qur’an di Indonesia. Bahkan mereka yang mengajar al-Qur’an rata-rata juga belum hafal al-Qur’an hingga 30 juz. “Ketika ada sebuah lembaga Islam dari negara Arab datang ke Indonesia untuk mencari penghafal al-Qur’an itu susah. Padahal, calon yang sesuai untuk dijadikan imam dan pemimpin adalah para penghafal al-Qur’an,” ungkap lelaki yang hafal al-Qur’an 30 juz pada usia 11 tahun.


Syekh Ali lahir di Madinah, Arab Saudi. 3 Februari 1976. Ia putra pertama dari 12 bersaudara. Datang ke Indonesia pada 2008, sebenarnya Syekh Ali bukan ingin berdakwah, melainkan mencari informasi sebagian keluarganya yang ada di Indonesia.


Keluarga besar saya ada yang berasal dari Indonesia, seperti Lombok, Surabaya, dan Jakarta,” katanya dikutip dari majalah Suara Hidayatullah.


Suatu kali ia diajak saudaranya shalat Maghrib di Masjid Agung Sunda Kelapa. Ia dikenalkan kepada ketua takmirnya. Tak disangka, ia langsung diminta menjadi imam shalat Maghrib itu.


Ketua takmir merasa senang bisa mendengar bacaan al-Qur’an khas dari Madinah yang dilantunkan Syaik Ali. Dari situ, ketua takmir memintanya untuk menjadi imam shalat Tarawih dan penceramah di Masjid Agung Sunda Kelapa selama bulan Ramadhan.


“Dari situlah saya mulai kenal Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sering datang untuk shalat Tarawih, berbuka puasa, dan i’tikaf,” kenangnya. Melalui JK pula Syech Ali Jaber mendapatkan ijin tinggal di Indonesia.


Sejak mendapat ijin tinggal itu, Syech Ali Jaber sering diminta ceramah, baik di mimbar maupun dalam forum majelis taklim. Padahal, saat itu ia belum mahir berbahasa Indonesia.


Karena kerap diminta ceramah, ia kemudian menyempatkan diri untuk belajar bahasa Indonesia. “Alhamdulillah, saya belajar dengan mendengar orang bicara kemudian saya praktikkan langsung, begitu seterusnya,” ucapnya.


Awalnya, dirinya sering ditertawakan ketika mencoba bicara bahasa Indonesia, tetapi ia tidak pernah mempedulikannya. “Kalau pengucapannya salah baru saya minta dikoreksi,” imbuhnya.


Syekh Ali meyakini bahwa kemudahan dalam berbahasa itu diperoleh dari keberkahan menghafal al-Qur’an. Menurutnya, al-Qur’an itu menjadi sumber kemudahan untuk belajar apa saja. Maka, sambungnya, ketika ia mulai belajar bahasa Indonesia, tidak ada kesulitan yang membuatnya putus asa untuk belajar.


“Pertama, kalau kita sudah belajar al-Qur’an, maka saya yakini akan mudah. Kedua, yang memudahkan saya selain al-Qur’an, adalah tauhid yang kuat,” kata pria yang kini telah mahir berbicara bahasa Indonesia tanpa mengikuti kursus.


Satu hal yang menyebabkan Syekh Ali Jaber memilih tetap berdakwah di Indonesia. “Islam di Indonesia kebanyakan hanya sebuah nama, sementara perilaku sehari-hari masih jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri,” katanya.*Bambang Subagyo

Versi cetak


Berita Terkait


Visitors :6007801 Visitor
Hits :8260172 hits
Month :6230 Users
Today : 815 Users
Online : 30 Users






Sekolah Tahfidz





Hubungi Kami

Jl.Kejawan Putih Tambak VI/1 Surabaya, Telp. 031-5928587

Testimonials

  • Soraya Pambudi

    anggada121212@gmail.com

    Surabaya Timur Pakuwon

    Pada 23-Aug-2019


    Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh. Mohon informasi pendaftaran sekolah untuk tahun ajaran 2020/2021. Mohon maaf apakah sekolah ini mempunyai program kelas internasional? Maksudnya apakah menerima siswa berwarganegaraan Asing?